Kehadiran mesin sebagai alat
pengubah energi kalor menjadi energi mekanik atau usaha telah mengubah
kehidupan manusia menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih efisien. Mesin
pabrik, mesin kapal, mesin kereta api, mesin mobil serta mesin motor telah meringankan
usaha yang dibutuhkan manusia untuk beraktivitas dan membuat suatu produk.
Tahukah Anda peralatan lain yang menggunakan mesin pengubah energi kalor
menjadi usaha dalam prinsip kerjanya? Mesin-mesin kalor tersebut ada yang
menggunakan bahan bakar solar dan dikenal sebagai mesin diesel serta ada pula
yang menggunakan bahan bakar bensin. Khusus untuk mesin berbahan bakar bensin,
dikenal mesin dua tak dan mesin empat tak. Bagaimanakah cara mesin kalor
bekerja? Tahukah Anda jenis usaha yang dilakukan mesin kalor dalam proses
kerjanya? Prinsip yang mendasari cara kerja mesin kalor secara umum dapat Anda
pelajari dalam pembahasan Bab 9 tentang termodinamika ini.
Pada bab ini, Anda akan diajak untuk
dapat menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor dengan cara
menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika.
A. Usaha dan Proses dalam Termodinamika
Termodinamika adalah cabang ilmu
Fisika yang membahas tentang hubungan antara panas (kalor) dan usaha yang
dilakukan oleh kalor tersebut. Dalam melakukan pengamatan mengenai aliran
energi antara panas dan usaha ini dikenal dua istilah, yaitu sistem dan
lingkungan. Apakah yang dimaksud sistem dan lingkungan dalam termodinamika?
Untuk memahami penggunaan kedua istilah tersebut dalam termodinamika, perhatikanlah
Gambar 1. berikut.
|
Gambar
1. Bola besi dan air merupakan sistem yang diamati. Adapun, udara luar
merupakan lingkungannya.
|
Misalkan, Anda mengamati aliran
kalor antara bola besi panas dan air dingin. Ketika bola besi tersebut
dimasukkan ke dalam air. Bola besi dan air disebut sistem karena kedua benda
tersebut menjadi objek pengamatan dan perhatian Anda. Adapun, wadah air dan udara
luar disebut lingkungan karena berada di luar sistem, tetapi dapat memengaruhi
sistem tersebut. Dalam pembahasan termodinamika, besaran yang digunakan adalah
besaran makroskopis suatu sistem, yaitu tekanan, suhu, volume, entropi, kalor,
usaha, dan energi dalam.
Usaha yang dilakukan oleh sistem
(gas) terhadap lingkungannya bergantung pada proses -proses dalam
termodinamika, di antaranya proses isobarik, isokhorik, isotermal, dan
adiabatik.
1. Usaha Sistem terhadap
Lingkungannya
Pada pembahasan Bab sebelumnya, Anda
telah mempelajari definisi usaha (W) yang dilakukan pada benda tegar, yaitu
W = F x s
Bagaimanakah cara menghitung usaha
pada gas? Tinjaulah suatu gas yang berada dalam tabung dengan penutup berbentuk
piston yang dapat bergerak bebas, seperti terlihat pada Gambar 2.
|
Gambar
2. Ketika gas ideal di dalam tabung dipanaskan,gas tersebut memuai
sehingga piston berpindah sejauh Δs.
|
Ketika gas tersebut dipanaskan,
piston akan berpindah sejauh Δs karena gas di dalam tabung memuai dari volume
awal V1 menjadi volume akhir V2. Gaya yang
bekerja pada piston adalah F = pA. Jika luas penampang piston (A) dan tekanan
gas dalam tabung (P) berada dalam keadaan konstan, usaha yang dilakukan oleh
gas dinyatakan dengan persamaan
W = pA Δs
Oleh karena A Δs = ΔV, persamaan
usaha yang dilakukan gas dapat ditulis menjadi :
W = p ΔV
(1–1)
atau
W = p(V2 – V1)
(1–2)
dengan:
p = tekanan gas (N/m2),
ΔV = perubahan volume (m3), dan
W = usaha yang dilakukan gas
(joule).
Nilai W dapat berharga positif atau
negatif bergantung pada ketentuan berikut.
a. Jika gas memuai sehingga
perubahan volumenya berharga positif, gas (sistem) tersebut dikatakan melakukan
usaha yang menyebabkan volumenya bertambah. Dengan demikian, usaha W sistem
berharga positif.
b. Jika gas dimampatkan atau ditekan
sehingga perubahan volumenya berharga negatif, pada gas (sistem) diberikan
usaha yang menyebabkan volume sistem berkurang. Dengan demikian, usaha W pada
tersebut sistem ini bernilai negatif.
Usaha yang dilakukan oleh sistem
dapat ditentukan melalui metode grafik. Pada Gambar 3a dapat dilihat bahwa
proses bergerak ke arah kanan (gas memuai). Hal ini berarti V2
> V1 atau ΔV > 0 sehingga W
bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap lingkungan). W sama dengan luas
daerah di bawah kurva yang diarsir (luas daerah di bawah kurva p –V dengan
batas volume awal dan volume akhir)
Selanjutnya perhatikan Gambar 3b.
Jika proses bergerak ke arah kiri (gas memampat), V2
< V1 atau ΔV < 0 sehingga W
bernilai negatif (lingkungan melakukan usaha terhadap gas). W = – luas daerah
di bawah kurva p–V yang diarsir.
|
Gambar
3. (a) Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemuaian (melakukan ekspansi)
(b) Grafik P–V suatu gas yang mengalami pemampatan (diberi kompresi)
|
Cobalah Anda tinjau kembali
Persamaan (1–1). Dari persamaan tersebut dan grafik hubungan tekanan (p)
terhadap (V) pada Gambar 3, Anda dapat menyimpulkan bahwa suatu sistem
dikatakan melakukan usaha (W berharga positif) atau sistem diberi usaha (W
berharga negatif), jika pada sistem tersebut terjadi perubahan volume ( ΔV).
Contoh Soal 1 :
Suatu gas dipanaskan pada tekanan
tetap sehingga memuai, seperti terlihat pada gambar.
Tentukanlah usaha yang dilakukan
gas. (1 atm = 105 N/m2)
Kunci Jawaban :
Diketahui: p = 2 atm, V1
= 0,3 L, dan V2 = 0,5 L.
1 liter = 1 dm3 = 10–3
m3
W = p ( ΔV) = p (V2 – V1)
W = 2 × 105 N/m2 (0,5 L – 0,2 L) × 10–3
m3 = 60 Joule.
Contoh Soal 2 :
Gambar berikut menunjukkan suatu
siklus termodinamika dari suatu gas ideal.
Tentukanlah usaha yang dilakukan
gas:
a. dari keadaan A ke B,
b. dari B ke C,
c. dari C ke D,
d. dari D ke A, dan
e. dari A kembali ke A melalui B, C,
dan D
Kunci Jawaban :
Diketahui: p = pB = 2 N/m2,
pD = pC = 1 N/m2, VA = VD
= 2 m3, dan VB = VC = 3 m3.
a. WAB = p (VB
– VA) = (2 × 105 N/m2) (3 – 2) × 10–3 m3
= 200 joule
b. WBC = p (VC
– VB) = 0
c. WCD= p (VD
– VC) = (1 × 105 N/m2) (2 – 3) × 10–3 m3
= -100 joule
d. WDA= p (VA
– VD) = 0
e. WABCDA = Wsiklus = 200 Joule
+ 0 – 100 Joule + 0 = 100 joule
selain itu, dapat ditentukan dengan
cara :
WABCDA = Wsiklus
= luas arsiran
WABCDA = (2 – 1) × 105
N/m2(3 – 2) × 10–3 m3
WABCDA = 100 joule.
2. Proses dalam Termodinamika
Terdapat empat proses dalam gas pada
bahasan termodinamika. Pada pembahasan Bab 8, Anda telah mengenal tiga proses,
yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik. Proses yang keempat adalah proses
adiabatik. Usaha yang terdapat pada gas yang mengalami proses-proses
termodinamika tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Proses Isotermal
Proses isotermal adalah suatu proses
perubahan keadaan gas pada suhu tetap.
|
Gambar
4. A–B merupakan proses isotermal.
|
Menurut Hukum Boyle, proses
isotermal dapat dinyatakan dengan persamaan :
pV = konstan
atau
p1V1 = p2V2
Dalam proses ini, tekanan dan volume
sistem berubah sehingga persamaan W = p ΔV tidak dapat langsung digunakan.
Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini digunakan cara
integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang sangat kecil sehingga
persamaan usahanya dapat dituliskan sebagai
dW = pdV
(1–3)
Jika Persamaan (1–3) diintegralkan
maka dapat dituliskan :
ò dW = ò pdV
Dari persamaan keadaan gas ideal
diketahui bahwa p = nRT/V. Oleh karena itu, integral dari Persamaan (9–3)
dapat dituliskan menjadi :
ò dW = ò (nRT / V)
Jika konstanta n R, dan besaran suhu
(T) yang nilainya tetap dikeluarkan dari integral, akan diperoleh :
W = nR T (lnV2 – lnV1)
W = n RT ln (V2/V1)
atau
W = n RT ln (p2/p1)
(1–4)
Contoh Soal 3 :
Sepuluh mol gas helium memuai secara
isotermal pada suhu 47 °C sehingga volumenya menjadi dua kali volume mula-mula.
Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas helium.
Kunci Jawaban :
Diketahui: T
= 47 °C
= (47 + 273) K = 320 K dan V2 = 2V1.
Usaha yang dilakukan gas pada proses
isotermal:
W = n RT ln (V2/V1)
= (10 mol) ( 8,31 J/mol)(320 K) ln (2V2/V1)
= 26.592 ln 2 = 18.428 joule
b. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah suatu proses
perubahan keadaan gas pada volume tetap.
|
Gambar
5. A–B merupakan proses isokhorik.
|
Menurut Hukum Gay-Lussac proses
isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan :
p/T = konstan
atau
p1/T1 = p2/T2
Oleh karena perubahan volume dalam
proses isokhorik ΔV = 0 maka usahanya W = 0.
c. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah suatu proses
perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.
|
Gambar
6. C–D adalah proses isobarik.
|
Menurut Hukum Charles, persamaan
keadaan gas pada proses isobarik dinyatakan dengan persamaan :
V/T = konstan
atau
V1/T1 = V2/T2
Oleh karena volume sistem berubah,
sedangkan tekanannya tetap, usaha yang dilakukan oleh sistem dinyatakan dengan
persamaan
W = pΔV = p (V2 – V1)
(1–5)
Contoh Soal 4 :
Suatu gas yang volumenya 1,2 liter
perlahan-lahan dipanaskan pada tekanan tetap 1,5 × 105 N/m2 hingga volumenya
menjadi 2 liter. Berapakah usaha yang dilakukan gas?
Kunci Jawaban :
Diketahui: V1 = 1,2 L, V2
= 2 L, dan p = 1,5 × 105 N/m2.
1 liter = 1 dm3 = 10–3 m3
Usaha yang dilakukan gas pada tekanan tetap (isobarik) adalah
W
= p (V2 – V1) = (1,5 × 105 N/m2) (2
– 1,2) × 10–3 m3 = 120 joule
Contoh Soal 5 :
Suatu gas ideal mengalami proses
siklus seperti grafik p – V berikut.
Tentukanlah:
a. usaha gas dari A ke B,
b. usaha gas dari B ke C,
c. usaha gas dari C ke A, dan
d. usaha netto gas dalam satu
siklus.
Kunci Jawaban :
Diketahui: pA
= pB = 3 × 105 Pa, pC = 1 × 105 Pa,
VA = 2 L, dan VB = VC = 6 L.
a. Proses A ke B adalah proses
isobarik. Usaha dari A ke B dapat dihitung dengan
persamaan
WAB = p(VB – VA)
WAB = 3 × 105 Pa (6 – 2) × 10–3
m3 = 1.200 joule
b. Proses B ke C adalah proses isokhorik. Oleh karena VC = VB, usaha yang
dilakukan gas WBC = 0
c. Proses dari C ke A adalah isotermal. Oleh karena pC:VC
= pA:VA, usaha
dari C ke A adalah :
WCA = nRT ln (VA/VC)
= pCVC ln (VA/VC) = pAVA
ln (VA/VC) (ingat: pV = nRT)
WCA = (1 × 105 N/m2)(6
× 10–3 m3)ln 3/6 = – 415,8 joule
d. Usaha netto gas dalam satu
siklus ABCA :
Wsiklus = WAB + WBC + WCA = 1.200
joule + 0 + (–415,8 joule) = 784,2 joule
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah suatu proses
perubahan keadaan gas di mana tidak ada kalor (Q) yang masuk atau keluar dari
sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengisolasi sistem
menggunakan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor atau disebut juga bahan
adiabatik. Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan kalor disebut
bahan diatermik
Proses adiabatik ini mengikuti
persamaan Poisson sebagai berikut
p Vγ = konstan
atau
p1 V1γ = p2
V2γ
(1–6)
Oleh karena persamaan gas ideal
dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan (9–4) dapat ditulis :
T1V1(γ –1) = T2
V2(γ –1)
(1–7)
dengan γ = CP/CV =
konstanta Laplace, dan CP/CV > 1. CP adalah
kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan CV adalah kalor
gas pada volume tetap. Perhatikan diagram p – V pada Gambar 7.
|
Gambar
7. Pada proses adiabatik, kurva p–V lebih curam dibandingkan dengan
kurva p–V pada proses isotermal.
|
Dari kurva hubungan p – V tersebut,
Anda dapat mengetahui bahwa:
1) Kurva proses adiabatik lebih
curam daripada kurva proses isotermal.
2) Suhu, tekanan, maupun volume pada
proses adiabatik tidak tetap.
Oleh karena sistem tidak melepaskan
atau menerima kalor, pada kalor sistem proses adiabatik Q sama dengan nol.
Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya mengubah energi dalam
sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses adiabatik tersebut dinyatakan
dengan persamaan berikut.
W= 3/2 nRT−T = 3/2 (p1
V1 − p2 V2) (1–8)
Catatan Fisika :
OTEC
OTEC (Ocean Thermal Energy
Conversion) adalah sebuah pembangkit tenaga listrik mini. Mesin ini bekerja
berdasarkan perbedaan suhu antara permukaan laut yang hangat dan kedalaman laut
yang dingin. Pusat pembangkit listrik ini bebas polusi.
Contoh Soal 6 :
Sebuah mesin memiliki rasio
pemampatan 12 : 1 yang berarti bahwa setelah pemampatan, volume gas menjadi
1/12 volume awalnya. Anggap bahan bakar bercampur udara pada suhu 35 °C,
tekanan 1 atm, dan γ = 1,4. Jika proses pemampatan terjadi secara adiabatik, hitunglah
tekanan pada keadaan akhir dan suhu campuran.
Kunci Jawaban :
Diketahui: V2 = 1/12 V1, T1 = 35 + 273 =
308 K, dan p1 = 1 atm.
Untuk menentukan tekanan
akhir p2, gunakan rumus :
p2 = 32,4 atm.
Suhu campuran atau suhu akhir T2 diperoleh sebagai berikut
:
T2 = 308 K (12)1,4 –
1 = 308 K (12)0,4 = 832 K = 559 °C
Contoh Soal 7 :
Usaha sebesar 2 × 103 J
diberikan secara adiabatik untuk memampatkan 0,5 mol gas ideal monoatomik
sehingga suhu mutlaknya menjadi 2 kali semula. Jika konstanta umum gas R = 8,31
J/mol K, tentukanlah suhu awal gas.
Kunci Jawaban :
Diketahui: W = 2 × 103 J,
T2 = 2T1, dan n = 0,5 mol.
W = 3/2 n R (T2 – T1)
= 3/2 n R (2T1 – T1)
W = 3/2 n R T1
T1 = 2W / 3nR = 2(2 x 103
joule) / 3 x 0,5 mol x 8,31 J/molK = 321 K
Jadi, suhu awal gas adalah 321 K.
Dari pembahasan materi Bab 8, Anda
telah mengetahui bahwa suhu gas berhubungan dengan energi kinetik yang dimiliki
oleh gas tersebut. Anda juga telah mempelajari hubungan antara energi kinetik
dan energi dalam yang dimiliki oleh gas. Perubahan energi dalam dapat terjadi
jika terjadi perubahan suhu (energi dalam akan meningkat jika suhu gas (sistem)
meningkat atau pada gas diberikan kalor). Apakah perubahan energi dalam dapat
terjadi pada gas yang diberi atau melakukan usaha mekanik?
Hubungan antara kalor yang diterima
atau dilepaskan suatu sistem, usaha yang dilakukan pada sistem, serta perubahan
energi dalam sistem yang ditimbulkan oleh kalor dan usaha tersebut dijelaskan
dalam Hukum Pertama Termodinamika.
Hukum Pertama Termodinamika adalah
perluasan bentuk dari Hukum Kekekalan Energi dalam mekanika. Hukum ini
menyatakan bahwa: "Jumlah kalor pada suatu sistem sama dengan perubahan
energi dalam sistem tersebut ditambah usaha yang dilakukan oleh sistem."
Dengan demikian, meskipun energi
kalor sistem telah berubah menjadi energi mekanik (usaha) dan energi dalam,
jumlah seluruh energi tersebut selalu tetap. Secara matematis, Hukum Pertama
Termodinamika dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
(1–9)
dengan:
Q = kalor yang diterima atau
dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2
— U1 = perubahan energi dalam
sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.
Perjanjian tanda yang berlaku untuk
Persamaan (1-9) tersebut adalah sebagai berikut.
1. Jika sistem melakukan kerja maka
nilai W berharga positif.
2. Jika sistem menerima kerja maka
nilai W berharga negatif
3. Jika sistem melepas kalor maka
nilai Q berharga negatif
4. Jika sistem menerima kalor maka
nilai Q berharga positif
Contoh Soal 8 :
Delapan mol gas ideal dipanaskan
pada tekanan tetap sebesar 2 × 105 N/m2 sehingga
volumenya berubah dari 0,08 m3 menjadi 0,1 m3.
Jika gas mengalami perubahan energi dalam gas sebesar 1.500 J, berapakah kalor
yang diterima gas tersebut.
Kunci Jawaban :
Diketahui: p = 2 × 105
N/m2, V1 = 0,08 m3, V2 = 0,1 m3,
dan ΔU = 1.500 J.
Q = ΔU+ W
Q = ΔU + p(V2 – V1)
Q = 1.500
joule + 2 × 105 N/m2 (0,1 – 0,08) m3 = 1.500
joule + 4.000 joule = 5.500 J
Contoh Soal 9 :
Suatu sistem mengalami proses
isobarik. Pada sistem dilakukan usaha sebesar 100 J. Jika perubahan energi
dalam sistem ΔU dan kalor yang diserap sistem = 150 joule, berapakah besarnya
ΔU?
Kunci Jawaban :
Diketahui: W = –100 joule (dilakukan usaha), dan Q = 150 joule (sistem menyerap
kalor).
Menurut Hukum Pertama Termodinamika
ΔU = Q – W = 150 joule – (–100 joule) = 250 joule.
Catatan Fisika :
Aeolipile
Hero atau Heron membuat mesin uap
pertama yang disebut aeolipile. Mesin ini terdiri atas sebuah pemanas yang
terletak di bawah suatu kuali dan memiliki dua lubang angin. Uap yang dialirkan
ke dalam kuali akan keluar dari lubang angin sehingga akan memutar kincir.
Aeolipile tidak memiliki fungsi praktis. (Sumber: Jendela Iptek, 1997)
1. Perubahan Energi Dalam
Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses bagaimana keadaan sistem
berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem
tersebut.
Anda telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika terbagi atas
empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik. Perubahan
energi dalam terjadi pada setiap proses tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Proses Isotermal
Anda telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu proses yang terjadi dalam
sistem pada suhu tetap. Besar usaha yang dilakukan sistem proses isotermal ini
adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0,
menurut Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah (ΔU = 0)
karena perubahan energi dalam bergantung pada perubahan suhu. Ingatlah kembali
persamaan energi dalam gas monoatomik yang dinyatakan dalam persamaan ΔU = 3/2
nRΔTyang telah dibahas pada Bab 8.
Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1)
(1 -10)
b. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan
yang dialami oleh sistem berada dalam keadaan volume tetap. Anda telah memahami
bahwa besar usaha pada proses isokhorik dituliskan W = pΔV = 0. Dengan
demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses ini dituliskan
sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2
- U1
(1-11)
Dari Persamaan (1-11) Anda dapat
menyatakan bahwa kalor yang diberikan pada sistem hanya digunakan untuk
mengubah energi dalam sistem tersebut. Jika persamaan energi dalam untuk gas
ideal monoatomik disubstitusikan ke dalam Persamaan (1-11), didapatkan
perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT
(1-12)
atau
Q = U2
- U1 = 3/2 nR (T2
—T1) (1-13)
c. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas berada
dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam proses ini memenuhi
persamaan W = P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika
untuk proses isobarik dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2
– V1) (9-14)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan (1-14) dapat dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2
—T1) + p (V2
– V1) (1-15)
d. Proses adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah mengetahui bahwa dalam
proses ini tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem sehingga Q =
0. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses adiabatik ini dapat
dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W
atau
W = - ΔU = - (U2 - U1)
(1-16)
Berdasarkan Persamaan (1-16) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa usaha yang
dilakukan oleh sistem akan mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam
sistem di mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang dari
keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada proses
adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2
—T1)
(1-17)
Catatan Fisika :
Energi
Dalam
Energi dalam secangkir kopi hanya
bergantung pada keadaan termodinamikanya (seberapa banyak kopi dan air yang
dikandungnya, dan berapa suhunya). Energi tersebut tidak bergantung pada proses
persiapan kopinya, yaitu lintasan termodinamika yang membawanya ke keadaan yang
sekarang. (Sumber: Fisika Universitas, 2000)
2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
gas sebesar 1°C, untuk volume tetap disebut CV dan untuk tekanan tetap disebut
Cp.
Secara matematis, kapasitas kalor
(C) dinyatakan dengan persamaan :
C = Q/ΔT
(1–18)
Pada gas, perubahan suhu dapat dilakukan dengan proses isobarik atau proses
isokhorik. Dengan demikian, kapasitas kalor gas dapat dibedakan menjadi dua,
yakni kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada volume
tetap (V). Perumusan kedua pada kapasitas kalor tersebut secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut.
Cp = QP/ΔT dan
CV = QV/ΔT (1–19)
Jika besaran QP dan QV dimasukkan ke dalam persamaan Hukum Pertama
Termodinamika, akan didapatkan persamaan berikut.
a. Pada proses isokhorik
QV = ΔU + W
(1–20)
Oleh karena dalam proses ini volume sistem tetap (ΔU = 0) maka usaha sistem W =
0 sehingga didapatkan persamaan :
QV = ΔU
(1–21)
b. Pada proses isobarik
QP = ΔU + W
Oleh karena dalam proses ini tekanan sistem tetap ( Δp + 0), usaha sistem W = p
ΔV. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika dapat dituliskan
QP = ΔU + p ΔV
(1–22)
Dengan melakukan substitusi Persamaan (1–21) ke Persamaan (1–22) dapat
dituliskan persamaan
Qp
= ΔU + p ΔV atau Qp – QV = p ΔV (1–23)
Selanjutnya, jika Persamaan (9–19) disubstitusikan Persamaan (1–23) akan
diperoleh persamaan
(Cp ΔT) – (CV
ΔT) = p ΔV
(Cp CV)ΔT = p
ΔV
Cp – CV = p ΔV / ΔT
(1–24)
Berdasarkan persamaan keadaan gas ideal pV = nRT, Persamaan (1–24) dapat
dituliskan menjadi
Cp –
CV = nR
(1–25)
Untuk gas monoatomik, energi dalam gas dinyatakan dengan persamaan :
ΔU = 3/2 nRΔT
Dengan demikian, kapasitas kalor pada proses isokhorik (QV = ΔU) dapat dituliskan sebagai :
CV =
3/2 nR (9–26)
Catatan Fisika :
Umumnya memasak melibatkan proses
isobarik. Hal ini disebabkan karena tekanan udara di atas panci, wajan, atau
dalam oven microwave tetap konstan sementara makanan dipanaskan. (Sumber:
Fisika Universitas, 2000)
Besar Cp dapat ditentukan dari Persamaan (1–25) sehingga
diperoleh :
Cp = CV + nR
Cp = 3/2 nR + nR
Cp = 5/2 nR
(1–27)
Contoh Soal 10 :
Gas nitrogen bermassa 56 × 10–3 kg
dipanaskan dari suhu 270 K menjadi 310 K. Jika nitrogen ini dipanaskan dalam
bejana yang bebas memuai, diperlukan kalor sebanyak 2,33 kJ. Jika gas nitrogen
ini dipanaskan dalam bejana kaku (tidak dapat memuai), diperlukan kalor sebesar
1,66 kJ. Jika massa molekul relatif nitrogen 28 g/mol, hitunglah kapasitas
kalor gas nitrogen dan tetapan umum gas.
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 56 × 10–3 kg, ΔT = 40 K, dan Mr =
28 g/mol = 28 × 10–3 kg/mol.
a. Proses tekanan tetap pada gas:
Qp = 2,33 kJ = 2.330 J
Qp = Cp ( ΔT)
2.330 J = Cp (40 K) → Cp =
58, 2 J/K.
Proses volume tetap pada gas:
QV = 1,66 kJ = 1.660 J.
QV = CV ( ΔT)
1.660 joule = CV (40 K) → CV
= 41,5 J/K
b. Tetapan umum gas R dihitung sebagai berikut.
Cp – CV = n R
= (m/Mr) R → R = Mr/m (CP – CV)
R = ((28 x 10 kg/mol) / (56 x 10
kg)) ((58,2 - 41,5)J/K) = 8,35 J/mol K.
Tokoh Fisika :
Nicolas
Léonard Sadi Carnot
Sadi Carnot ialah seorang ilmuwan
yang lahir di Paris, Prancis. Sebagian besar waktunya ia gunakan untuk
menyelidiki mesin uap. Pada 1824, ia mempublikasikan esai yang berjudul
Réflexions sur la puissance motrice du feu et sur les machines propres à développer
cette puissance. Penemuannya menjadi dasar ilmu termodinamika dan memberikan
manfaat besar terhadap kehidupan manusia. (Sumber: www.all iographies.com)
3. Siklus Carnot dan Efisiensi Mesin
Keadaan suatu sistem dalam termodinamika dapat berubah-ubah, berdasarkan
percobaan besaran-besaran keadaan sistem tersebut. Namun, besaran-besaran
keadaan tersebut hanya berarti jika sistem berada dalam keadaan setimbang.
Misalnya, jika Anda mengamati suatu gas yang sedang memuai di dalam tabung,
temperatur dan tekanan gas tersebut di setiap bagian tabung dapat berubah-ubah.
Oleh karena itu, Anda tidak dapat menentukan suhu dan temperatur gas saat kedua
besaran tersebut masih berubah. Agar dapat menentukan besaran-besaran keadaan
gas, gas harus dalam keadaan reversibel. Apakah yang dimaksud dengan proses
reversibel?
Proses reversibel adalah suatu proses dalam sistem di mana sistem hampir selalu
berada dalam keadaan setimbang.
Perhatikanlah Gambar 8.
|
Gambar
8. Perubahan keadaan gas dalam siklus reversibel.
|
Dari grafik p–V tersebut, suatu gas
mengalami perubahan keadaan dari A ke B. Diketahui bahwa pada keadaan A sistem
memiliki tekanan p1 dan volume V1. Pada
tekanan B, tekanan sistem berubah menjadi p2 dan volumenya
menjadi V2. Jika gas tersebut mengalami proses reversibel,
keadaan gas tersebut dapat dibalikkan dari keadaan B ke A dan tidak ada energi
yang terbuang. Oleh karena itu, pada proses reversibel, kurva p–V yang dibentuk
oleh perubahan keadaan sistem dari A ke B dan dari B ke A adalah sama.
Dalam kenyataannya, sulit untuk menemukan proses reversibel karena proses ini
tidak memperhitungkan energi yang hilang dari dalam sistem (misalnya, gesekan).
Namun, proses reversibel memenuhi Hukum Pertama Termodinamika. Tahukah Anda
yang dimaksud dengan siklus termodinamika? Siklus termodinamika adalah proses
yang terjadi pada sistem sehingga akhirnya sistem kembali pada keadaan awalnya.
Prinsip siklus termodinamika ini kali pertama dijelaskan oleh seorang insinyur
Perancis bernama Sadi Carnot dan disebut siklus Carnot. Siklus Carnot adalah
suatu siklus ideal reversibel yang terdiri atas dua proses isotermal dan proses
adiabatik, seperti terlihat pada Gambar 9.
Siklus Carnot ini merupakan salah
satu prinsip dasar siklus termodinamika yang digunakan untuk memahami cara
kerja mesin Carnot. Perhatikanlah Gambar 10. berikut.
|
Gambar
10. Siklus Carnot pada mesin Carnot.
|
Pada gambar tersebut suatu gas ideal
berada di dalam silinder yang terbuat dari bahan yang tidak mudah menghantarkan
panas. Volume silinder tersebut dapat diubah dengan cara memindahkan posisi
pistonnya. Untuk mengubah tekanan gas, diletakkan beberapa beban di atas
piston. Pada sistem gas ini terdapat dua sumber kalor yang disebut reservoir
suhu tinggi (memiliki suhu 300 K) gas memiliki temperatur tinggi (300 K),
tekanan tinggi (4 atm), dan volume rendah (4 m3).
Berikut urutan keempat langkah proses yang terjadi dalam siklus Carnot.
a. Pada langkah, gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi. Selama
proses ini berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun volume sistem
bertambah. Dari keadaan 1 ke keadaan 2, sejumlah kalor (Q1)
dipindahkan dari reservoir suhu tinggi ke dalam gas.
b. Pada langkah kedua, gas berubah
dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami proses ekspansi adiabatik. Selama
proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem.
Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi beban yang ada di atas piston.
Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
c. Pada langkah ketiga, keadaan gas
berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui proses kompresi isotermal. Pada
langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K) menyentuh dasar silinder dan jumlah
beban di atas piston bertambah. Akibatnya tekanan sistem meningkat,
temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan 4,
sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah
untuk menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
d. Pada langkah keempat, gas
mengalami proses kompresi adiabatik dan keadaannya berubah dari keadaan 4 ke
keadaan1. Jumlah beban di atas piston bertambah. Selama proses ini berlangsung,
tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem, tekanan sistem
meningkat, dan volumenya berkurang.
Menurut kurva hubungan p–V dari siklus Carnot, usaha yang dilakukan oleh gas
adalah luas daerah di dalam kurva p–V siklus tersebut. Oleh karena siklus
selalu kembali ke keadaannya semula, ΔUsiklus = 0 sehingga persamaan usaha
siklus (Wsiklus) dapat dituliskan menjadi
Wsiklus
= ΔQsiklus = (Q1 – Q2)
(1–28)
dengan:
Q1 = kalor yang diserap sistem, dan
Q2 =
kalor yang dilepaskan sistem.
Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha). Perbandingan
antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor yang
diserapnya (Q1)
disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis efisiensi mesin ini
dituliskan dengan persamaan :
η = (W/Q1) x 100 %
(1–29)
dengan η = efisiensi mesin.
Oleh karena usaha dalam suatu siklus
termodinamika dinyatakan dengan
W
= Q1 – Q2
maka Persamaan (1–30) dapat dituliskan menjadi :
η = (Q1 - Q2 / Q1)
x 100 %
(1–30)
Pada mesin Carnot, besarnya kalor
yang diserap oleh sistem (Q1)
sama dengan temperatur reservoir suhu tingginya (T1).
Demikian juga, besarnya kalor yang dilepaskan sistem (Q2) sama dengan temperatur reservoir suhu rendah mesin Carnot
tersebut. Oleh karena itu, Persamaan (1–30) dapat dituliskan menjadi :
(1–31)
Dari Persamaan (1–31) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa efisiensi mesin
Carnot dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur reservoir suhu
tinggi atau menurunkan temperatur reservoir suhu rendah.
Catatan Fisika :
Lokomotif
Uap
Lokomotif uap ini bekerja dengan
menggunakan hukum pertama termodinamika. Saat panas dihasilkan oleh batubara
atau kayu yang dibakar dalam mesin lokomotif, sebagian energi menaikkan suhu
air (yang mendidih dan menghasilkan uap) dalam mesin. Sisa energi dipakai guna
mengekspansikan uap untuk menghasilkan kerja dan menggerakkan lokomotif. (Sumber:
Fisika Universitas, 1998)
Contoh Soal 11 :
Sebuah mesin gas ideal bekerja dalam
suatu siklus Carnot antara suhu tinggi T1 °C dan dan suhu rendah 127 °C. Jika mesin menyerap
kalor 60 kkal pada suhu tertinggi dan membuang kalor 48 kkal, hitunglah:
a. usaha yang dihasilkan dalam satu siklus,
b. efisiensi mesin tersebut, dan
c. besarnya suhu tinggi T1.
Kunci Jawaban :
Diketahui: T2 = 127 °C, Q1 = 60 kkal, dan Q2 =
48 kkal.
a. Berdasarkan Hukum Pertama termodinamika:
W
= Q1 – Q2 = 60 kkal – 48 kkal = 12 kkal
b. Efisiensi mesin Carnot
η = (W/Q1) x 100 % = (12 kkal / 60
kkal) x 100 % = 20%
c. Efisiensi mesin dalam bentuk suhu
dinyatakan dengan persamaan :
Contoh Soal 12 :
Sebuah mesin Carnot yang menggunakan
reservoir suhu tinggi bersuhu 800 K memiliki efisiensi 40%. Agar efisiensi
maksimumnya naik menjadi 50%, tentukanlah kenaikan suhu yang harus dilakukan
pada reservoir suhu tinggi.
Kunci Jawaban :
Diketahui: T1 = 800 K, η1 = 40%, dan η2
= 50%.
Cara umum
• Efisiensi mesin semula η1 = 40%
• Agar efisiensi menjadi η2 =
50% untuk T2 =
480 K
Jadi, temperatur suhu tinggi harus
dinaikkan menjadi 960 K.
Contoh Soal 13 :
Suatu mesin Carnot bekerja di antara
suhu 600 K dan 300 K serta menerima kalor sebesar 1.000 joule (seperti terlihat
pada gambar). Usaha yang dilakukan mesin dalam satu siklus adalah ....
a. 300 J
b. 400 J
c. 500 J
d. 600 J
e. 700 J
Kunci Jawaban :
W = 500 joule
Jawab: c
1. Entropi
Pada pembahasan mengenai siklus Carnot dan mesin Carnot, proses termodinamika
yang terjadi selama proses tersebut mampu mengubah seluruh energi kalor menjadi
usaha dan tidak ada energi yang hilang. Siklus termodinamika yang telah dibahas
pada subbab B merupakan siklus ideal yang tidak pernah ditemui dalam kehidupan
nyata.
Sebagai contoh sederhana, missalkan Anda memasukkan sebuah bola besi panas ke
dalam bejana yang berisi air dingin. Anda tentunya telah memahami bahwa kalor
akan berpindah dari bola besi ke air sehingga suhu keduanya sama atau dikatakan
keduanya telah berada dalam kesetimbangan termal. Namun, jika Anda membalik
proses ini dengan cara memasukkan bola besi dingin ke dalam air panas,
mungkinkah suhu bola besi tersebut naik dan suhu air turun dan keduanya
mencapai kesetimbangan termal yang sama, seperti pada keadaan sebelumnya?
Proses termodinamika yang melakukan proses aliran kalor dari benda (reservoir)
bersuhu rendah ke benda (reservoir) bersuhu tinggi, seperti yang dimisalkan
tersebut tidak mungkin terjadi secara spontan (tanpa ada usaha yang diberikan
ke dalam sistem).
Hal inilah yang kemudian diteliti oleh Clausius dan Kelvin-Planck sehingga
menghasilkan rumusan Hukum Kedua Termodinamika. Berikut pernyataan Kevin-Planck
dan Clausius.
a. Menurut Clausius, kalor tidak dapat berpindah dari benda bersuhu rendah ke
benda bersuhu tinggi tanpa adanya usaha luar yang diberikan kepada sistem.
b. Menurut Kelvin-Planck, tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu
siklus dan menghasilkan seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha.
Dalam menyatakan Hukum Kedua Termodinamika ini, Clausius memperkenalkan besaran
baru yang disebut entropi (S). Entropi adalah besaran yang menyatakan banyaknya
energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Ketika suatu sistem
menyerap sejumlah kalor Q dari reservoir yang memiliki temperatur mutlak,
entropi sistem tersebut akan meningkat dan entropi reservoirnya akan menurun
sehingga perubahan entropi sistem dapat dinyatakan dengan persamaan :
ΔS = Q/T
(1–32)
Persamaan (32) tersebut berlaku pada
sistem yang mengalami siklus reversibel dan besarnya perubahan entropi (ΔS)
hanya bergantung pada keadaan akhir dan keadaan awal sistem.
Tokoh Fisika :
James
Watt (1736–1819)
Watt adalah seorang ilmuwan dan
insinyur besar yang berasal dari Britania. Ia menciptakan mesin uap pertama,
yang menjadi kekuatan utama terjadinya Revolusi Industri Eropa.
Contoh Soal 14 :
Gambar di atas menunjukkan bahwa
1.200 J kalor mengalir secara spontan dari reservoir panas bersuhu 600 K ke
reservoir dingin bersuhu 300 K. Tentukanlah jumlah entropi dari sistem tersebut.
Anggap tidak ada perubahan lain yang terjadi.
Kunci Jawaban :
Diketahui : Q = 1.200 J, T1 = 600 K, dan T2
= 300 K.
Perubahan entropi reservoir panas:
ΔS1 = (- Q1/T1) = (-1.200 J/600 K) =
–2 J/K
Perubahan entropi reservoir dingin:
ΔS2 = (Q2/T2) =
(1.200 J/300 K) = –4 J/K
Total perubahan entropi total adalah
jumlah aljabar perubahan entropi setiap reservoir:
ΔSsistem
= ΔS1 + ΔS2 = –2 J/K + 4 J/K = +2 J/K
2. Mesin Pendingin (refrigerator)
Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan melakukan
usaha pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara seperti ini disebut mesin
pendingin (refrigerator). Contohnya lemari es dan pendingin ruangan (Air
Conditioner). Perhatikan Gambar 11.
|
Gambar
11. Skema kerja mesin pendingin (refrigerator).
|
Dengan melakukan usaha W pada sistem
(pendingin), sejumlah kalor Q2 diambil dari reservoir bersuhu rendah T2 (misalnya, dari dalam lemari es). Kemudian, sejumlah
kalor Q1 dibuang
ke reservoir bersuhu tinggi T1 (misalnya, lingkungan di sekitar lemari es).
Ukuran kemampuan sebuah mesin pendingin dinyatakan sebagai koefisien daya guna
(koefisien performansi) yang diberi lambang Kp dan dirumuskan dengan persamaan :
Kr = Q2 / W
(1–33)
Oleh karena usaha yang diberikan
pada mesin pendingin tersebut dinyatakan dengan W = Q1 - Q2, Persamaan (1–33) dapat ditulis menjadi :
Kr = Q2 / (Q1 - Q2)
(1–34)
Jika gas yang digunakan dalam sistem
mesin pendingin adalah gas ideal, Persamaan (1–34) dapat dituliskan menjadi :
Kp = T2 / (T1 -
T1)
(1–35)
Lemari es dan pendingin ruangan
memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2 sampai dengan 6. Semakin
tinggi nilai KP, semakin baik mesin pendingin tersebut.
Contoh Soal 15 :
Sebuah lemari es memiliki koefisien
performansi 6. Jika suhu ruang di luar lemari es adalah 28 °C, berapakah suhu
paling rendah di dalam lemari es yang dapat diperoleh?
Kunci Jawaban :
Diketahui: Kp =
6, dan T1 =
28° C.
Koefisien performansi maksimum diperoleh sebagai berikut:
dengan T1 adalah suhu tinggi dan T2 adalah suhu rendah. Dari persamaan tersebut
diperoleh
(KP) T1 – (KP)
T2 = T2
(KP) T1 = (1 + KP)
T2
Dari soal diketahui T1 = (28 + 273) K = 301 K dan KP = 6,0 sehingga suhu paling rendah di dalam lemari
es T2 dapat dihitung.
T2 = 258 K atau –15
°C.
Contoh Soal 16 :
Sebuah mesin Carnot menerima 2.000 J
dari reservoir panas dan melepaskan 1.750 J pada reservoir dingin. Dengan
demikian, efisiensi mesin tersebut adalah ....
a. 6,25%
b. 10%
c. 12,5%
d. 25%
e. 87,5%
Kunci Jawaban :
Informasi yang diketahui dari soal:
Q1 = 2.000 J
Q2 =
1.750 J
Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot adalah
W = Q2 – Q1
η = (W/Q1) x 100 %
η = 12,5%
Jawab: c
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol. [8]
Rangkuman :
1. Sistem dalam termodinamika adalah
bagian ruang atau benda yang menjadi pusat perhatian pengamatan.
2. Lingkungan dalam termodinamika
adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem dan memengaruhi sistem.
3. Hukum Pertama Termodinamika
menyatakan bahwa jumlah energi yang diberikan pada sistem sama dengan perubahan
energi dalam sistem ditambah usaha yang dilakukannya :
Q = ΔU +W
4. a. Pada proses isokhorik, ΔW = 0
b. Pada proses isotermal, ΔU = 0
c. Pada proses adiabatik, Q = 0
5. Hukum Kedua Termodinamika memberi batasan terhadap perubahan energi yang
dapat berlangsung atau tidak dapat berlangsung.
6. Entropi adalah suatu ukuran
banyaknya kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha.
ΔS = Q/T
7. Mesin kalor mengubah energi
termal menjadi usaha dengan cara memindahkan kalor dari reservoir bersuhu
tinggi ke reservoir bersuhu rendah.
8. Efisiensi mesin kalor
9. Mesin pendingin memerlukan usaha
untuk memindahkan kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir bersuhu
tinggi.
10. Efisiensi mesin pendingin :

Tidak ada komentar:
Posting Komentar